DAKWAH DAN STRUKTUR TERTUTUP
Tahap ini dimulai dari Gua Hira' yang bertepatan dengan titik awal kerasulan, kemudian diakhiri setelah berjalan selama 13 tahun kerasulan. Yaitu ketia turun wahyu:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (Asy-Syu'ara:214)
dan ayat:
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". (Al-Hijr:94).
Tahapan ini ada simah (ciri-ciri) dan muatan peristiwa sbb:
pertama: DAKWAH SECARA TERTUTUP.
Dalam buku Imta'ul Asma', Al-Muqrizi mengatakan:"Jibril as datang kepada Rasulullah di Gua Hira' sembari membacakan ayat kepadanya, 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Al-'Alaq:1). Setelah itu Rasulullah pulang menuju kepada sang istri, Khadijah. Saat ini beliau berdiam diri tanpa melihat sesuatu pun, dan wahyu pun belum turun lagi. Untuk itu beliau mengalami kemurungan, lantas dia pergi lagi mondar-mandir menuju puncak gunung lantaranrindu kepada apa yang dilihatnya pertama kali yang berupa wahyu Allah.
Ada ulama yang menyatakan bahwa terhentinya wahyu tersebut kira-kira selama dua tahun; ada yang mengatakan dua setengah tahun, dan dalam Tafsir Ibnu Abbas dinyatakan, selama 40 hari. Dalam kitab Ma'ani Al-Qur'an karya Az-Zujjaj dinyatakan, selama 15 hari; dan dalam Tafsir Muqatil dinyatakan, selama 3 hari. Sebagian mereka mentarjihkan bahwa ini mirip dengan keadaan di kala Muhammad di sisi Tuhannya. Lantas beliau diperlihatkan sosok malaikat yang sedang duduk di atas kursinya, yang memenuhi ruangan antara langit dan bumi. Malaikat tersebut memberikan perasaan tegar kepada Muhammad dan memberitahukan kepadanya bahwa dia adalah Rasulullah. Setelah beliau melihat malaikat berada diatasnya, kontan beliau menuju sang istri, Khadijah ra, lantas berkata kepadanya, "Selimatilah aku, selimutilah aku." Maka Allah pun menurunkan wahyu-Nya lagi:
"Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 1 - 4).
Itulah kondisi permulaan di Gua Hira', yang merupakan kondisi kenabian dan penerimaan wahyu. Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepadanya agar memberikan peringatan kepada kaumnya dan menyeru mereka supaya menuju kepada keridhaan-Nya. Dan menurut pendapat Urwah bin Zubair, Muhammad bin Syihab dan Muhammad bin Ishak, bahwa sejak turunnya amanat kenabian hingga turunnya ayat-ayat berikut ini adalah selama tiga tahun. Ayat-ayat yang dimaksud adalah:
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". (Al-Hijr: 94);
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (Asy-Syu'ara: 214);
"Dan katakanlah sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan". (Al-Hijr: 89).
Maqrizi telah menguatkan pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa masa rentang waktu terputusnya wahyu tersebut sebentar saja, yaitu berkisar 40, 15 dan 3 hari saja. Sedang pendapat-pendapat awal yang mengatakan bahwa masa rentang terputusnya wahyu berkisar dua dan dua setengah tahun, tidak mempunyai sanad. Dan dalam pendapat kedua di seputar terputusnya wahyu ini tentu saja akan kita permasalahkan keabsahannya. Sebab kami tidak pernah menemukan dasar rujukannya maupun riwayatnya. Apabila tahapan secara tertutup itu berlangsung selama dua setengah tahun, maka tahap dakwah tersebut berlangsung tidak lebih dari satu atau dua setengah tahun saja. Alangkah janggalnya kesimpulan ini. Kami bisa mengemukakan kesimpulan seperti ini, sebab sasaran pertama dalam tahapan ini adalah berlangsung selama tiga tahun, sekalipun dalam rentang waktu ini kami tidak dapat menilainya sebagai patokan.
Kami juga tidak bisa memahami mengapa gerakan Islam dewasa ini harus melalui tahap dakwah tertutup selama tiga tahun. Maka dalam hal ini tidak ada nash yang menuntut kita supaya mengikutinya. Kami hanya bisa memahami bahwa penghabisan tahap ini telah terealisir, sebab kaum Muslimin sudah mempunyai landasan kuat yang sulit dilenyapkan. Tahap ini dianalogikan dengan masyarakat Makkah saat itu. Untuk itu, landasan ini dapat dijadikan sebagai patokan. Namun titik beratnya bukan terletak pada perhitungan waktu, melainkan pada hasil yang telah dicapai dari dakwah atau kemampuannya dalam mengarahkan masyarakat yang di topang oleh para individu, tokoh maupun pendirinya.
Berangkat dari ayat 94 surat Al-Hijr tersebut, kami memperoleh pemahaman yang kuat tentang hal itu. Dalam ayat ini kami menangkap makna secara langsung ayat selanjutnya: "Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari kejahatan orang-orang yang memperolok-olok kamu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar