Allah telah berjanji untuk memberikan pahala bagi orang-orang yang bersyukur atas segala nikmat-Nya dan mengamalkan perintah-perintahNya. Allah pun telah berjanji untuk mengazab orang-orang yang tidak menjaga perintah dan larangan-Nya, menuruti keridaan setan dan meninggalkan keridaan Allah. Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia akan ditanyai kelak di hari kiamat. Allah ta’ala berfirman:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Janganlah kalian mengikuti perkara yang kalian tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan ucapanmu akan dimintai pertanggungjawaban (kelak di akhirat)” (QS. Al-Isra: 36)
وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Tangan-tangan mereka akan berbicara kepada kami dan kaki-kaki mereka akan bersaksi atas apa yang telah mereka perbuat (semasa di dunia)” (QS. Yasin: 65)
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ, حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ, وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
DanAllah juga berfirman, “Pada hari dikumpulkannya musuh-musuh Allah di neraka dalam keadaan berkelompok-kelompok. hingga datang sebagai saksi atas mereka yaitu pendengaran mereka, penglihatan mereka, kulit-kulit mereka terhadap apa yang dilakukan (selama di dunia) dan mereka berkata kepada kulit mereka mengapa kalian bersaksi atas kami?maka mereka menjawab Allah telah membuat kami bisa berbicara sebagaimana dia bisa membuat bicara segala sesuatu dan dia menciptakan kalian pertama kali dan kepada-Nya lah kalian kembali.” (QS. Fushshilat: 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Muadz bin jabal radhiyallahu ‘anhu setelah dia memerintahkannya untuk menjaga lisannya. Maka Muadz bertanya:
“يا نبي الله، وإنا لمؤاخذون بما نتكلم به؟ قال عليه الصلاة والسلام: “ثكلتك أمك يا معاذ وهل يكب الناس في النار على وجوههم، أو قال: على مناخرهم إلا حصائد ألسنتهم” رواه الترمذي.
“Wahai Nabi Allah apakah kita akan diazab karena apa yang telah kita ucapkan? Berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ibumu kehilangan dirimu wahai Muadz. Bukankah seseorang diseret atas wajahnya atau di atas batang hidungnya karena ucapan lisannya?” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة”. رواه البخاري
“Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam juga bersabda:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
“Seorang muslim adalah orang yang tidak mengganggu muslim yang lain dengan lisan dan tangannya. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتي وقد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته فإن فنيت حسناته قبل أن يقضي ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار” رواه مسلم
“Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan amalan shalat, puasa dan zakat dalam keadaan dahulunya mencaci orang lain, memfitnah orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, memukul orang lain. Maka diambil kebaikannya untuk diberikan kepada orang yang telah ia zalimi tersebut. Apabila telah habis kebaikannya sementara urusannya belum selesai maka kejelekan orang yang dizalimi akan diberikan padanya kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
“حفت الجنة بالمكاره وحفت النار بالشهوات” أخرجه البخاري ومس
“surga itu dihiasi dengan perkara-perkara yang di benci sedangkan neraka dihiasi dengan hal-hal yang disukai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, sungguh Allah telah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk berpuasa (menahan) lisannya, kemaluannya, pendengarannya, penglihatan, tangan dan kakinya dari perbuatan haram dan inilah pengertian shiyam (puasa) secara bahasa. Puasa yang seperti ini tidak hanya khusus di bulan Ramadhan saja tetapi untuk seterusnya sampai datang kematian dalam ketaatan pada Allah sehingga menang dengan keridaan Allah dan selamat dari kemurkaan Allah. Maka jika seorang muslim telah mengetahui bahwa Allah telah mengharamkan sesuatu yang halal ketika bulan Ramadhan dan mengharamkan perkara-perkara yang pada asalnya memang haram untuk selamanya maka pelajaran yang bisa dipetik bahwasanya seseorang tidak akan begitu saja membatasi dari yang haram ketika bulan Ramadhan saja akan tetapi dia akan melakukannya terus hingga akhir hayatnya karena takut terhadap hukuman Allah bagi orang-orang yang menyelisihi perintah dan larangan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan firman Allah ta’ala dalam sebuah hadits qudsi bahwasanya orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu ketika berbuka dan bertemu dengan Rabbnya di hari kiamat. Orang yang berpuasa bergembira ketika berbuka karena jiwanya saat berpuasa telah mampu meninggalkan apa yang ia sukai tetapi dilarang oleh Allah dan yang lebih besar dari itu ia akan mendapatkan balasan yang paling agung dan sempurna yaitu perjumpaan dengan Allah kelak di surga.
Barangsiapa yang menjaga lisannya, kemaluannya, tangannya, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota badannya dari yang diharamkan Allah hingga ajal menjemputnya maka ia berhak mendapatkan surga yang penuh kenikmatan dan berjumpa dengan Rabbnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan balasan bagi seorang mukmin ketika menjelang wafat, malaikat maut akan datang dengan wajah bersinar bagai matahari. Malaikat tersebut membawa kafan dan minyak wangi dari surga. Kemudian malaikat maut berkata: wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridaan Allah. Maka keluarlah ruh orang mukmin tersebut dengan lembut seperti tetesan air dari wadah air”. Maka inilah perlombaan yang baik, yaitu orang-orang yang terdepan dalam semangat untuk meraih kebahagiaan hatinya dan berusaha untuk membebaskan dirinya dari hal-hal yang dapat merusak dan membinasakan. Untuk itu dokter hati yaitu nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi petunjuk kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau tentang hari kiamat maka yang paling penting baginya untuk mempersiapkan diri dengan amal saleh. Beliau menjawab:”apa yang telah engkau persiapkan dalam menghadapi hari kiamat?”. Pertanyaan ini adalah penjelasan bahwa kehidupan dunia adalah persiapan untuk menghadapi kehidupan akhirat. Allah ta’ala berfirman
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
“Berbekallah!! Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, bertakwalah padaku wahai orang-orang yang berpikir.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Penutup
Kami tutup tulisan ini dengan penjelasan keutamaan bulan ramadhan dari kitab karya Syaikh Salim bin Ied al hilali dan syeikh Ali Hasan Abdul Hamid yang berjudul shifat shaum an Nabiy shallallahu ‘alaihi wa sallam fii Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barakah. Allah memberkahinya dengan keutamaan yang banyak sebagaimana dalam penjelasan berikut ini:
1. Bulan Al Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, pembimbing ke jalan yang lurus dan menjelaskan jalan petunjuk. Al Qur’an diturunkan pada malam lailatul Qadr, suatu malam di bulan Ramadhan. Allah ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
Ketahuilah wahai saudaraku -mudah-mudahan Allah memberkatimu- sesungguhnya status bulan Ramadhan adalah sebagai bulan yang diturunkan padanya al-Qur’an. Firman Allah yang artinya, “Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. Memberi isyarat penjelasan sebab dipilihnya Ramadhan adalah karena bulan tersebut bulan diturunkannya al-Qur’an.
2. Syaitan Dibelenggu, Pintu-Pintu Neraka Ditutup dan Pintu-Pintu Surga Dibuka
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggunya jin-jin jahat dengan rantai. Mereka tidak bisa leluasa merusak manusia sebagaimana leluasanya di bulan yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat itu kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat dan juga karena bacaan al-Qur’an dan ibadah-ibadah yang membersihkan jiwa. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
Dengan demikian, ditutupnya pintu-pintu jahanam dan dibukanya pintu-pintu surga karena pada bulan itu amal saleh banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik tersebar di mana-mana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة، وغلقت أبواب النيران وصفدت الشياطين
“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggulah syaitan.” (HR. Muslim)
Semuanya itu sudah terjadi sejak awal bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إذا كان أول ليلة من شهر رمضان صفدة الشياطين و مردة الجن، وغلقت أبواب النار فلم يفتح منها باب، وفتحت أبواب الجنة فلم يغلق منها باب، وينادي مناد: يا باغي الخير أقبل، يا باغي الشر أقصر، والله عتقاء من النار وذلك كل ليلة
“Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu -pintu neraka, tidak ada satu pintupun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintupun yang tertutup, berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi)
3. Malam Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam ini lebih baik dari seribu bulan seperti tertera dalam al-Qur’an surat al-Qadr: 1-5
Malam Qadr terjadi pada akhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah, dia berkata Rasulullah beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda: “Carilah malam Qadr di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.”
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa berdiri shalat pada malam Qadr dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.”
Saudaraku semoga Allah memberkahimu dan memberi taufik kepadamu untuk menaati-Nya, engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Qadr dan keutamaannya, maka bangunlah untuk menegakkan shalat pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi istri, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
كان النبي صلى الله عليه وسلم يجتهد في العشر ما لا يجتهد في غيرها
“Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersungguh-sungguh beribadah apabila telah masuk sepuluh terakhir yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR. Muslim)
***
Diterjemahkan dan diringkas oleh Abu Husein Ali dari tulisan Syaikh Abdul Muhsin al Abbad dengan Judul Al Ibroh Fi Syahri Shoum
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar